MANAJEMEN ORGANISASI,
KEPEMIMPINAN DAN ANALISIS KONFLIK[1]
Oleh: Fathor
Rachman, S.Pd.I, M.Pd.[2]
--Bagian I--
KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu
dari asal kata manus yang berarti
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu kemudian digabung
menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan
kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Husaini Usman, 2006: 3).
Dalam Webster’s New Colegiate Dictionary, sebagaimana
dikutip oleh Syamsudduha (2004: 15) disebutkan bahwa kata manajemen berasal
dari kata to manage yang berasal dari bahasa Itali “managgio”
dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa latin manus yang
berarti tangan (hand). Kata manage dalam kamus tersebut diberi
arti: 1) to direct and control (membimbing dan mengawasi), 2) to
treat with care (memperlakukan dengan seksama), 3) to carry on business
or affair (mengurus perniagaan, atau urusan-urusan/persoalan-persoalan), 4)
to achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu).
Secara terminologis, manajemen didefinisikan oleh
berbagai pakar dengan ungkapan yang beragam. Hal ini tentu saja
dilatarbelakangi oleh belum adanya kesepakatan universal apakah manajemen itu merupakan
suatu ilmu, kiat (seni atau keterampilan), atau sebagai profesi. Menurut Stoner
(1996: 8) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan,
dan pengendalian upaya anggota dan penggunaan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nanang Fattah
(1996: 1) yang mengartikan manajemen sebagai proses merencana, mengorganisasi,
memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Pengertian ini tidak jauh
berbeda dengan apa yang disampaikan Daft (2002: 8) yang mendefinisikan
manajemen (management) adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi
dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi.
Secara lebih teknis, Hani Handoko (1986: 10)
merumuskan pangertian manajemen sebagai bekerja dengan orang-orang untuk
menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi planning, organizing, staffing, leading,
dan controlling. Menurutnya, apapun tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi
tertentu, manajemen merupakan proses dan serangkaian kegiatan yang berupaya
untuk mencapai tujuan.
Pengertian Administrasi
Administrasi berasal dari bahasa Latin administrare
yang terdiri dari kata ad dan ministrare. Kata Ad
mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris yang
berarti ke atau kepada. Sedangkan ministrare sama artinya
dengan to serve atau to conduct yang berarti melayani, membantu
atau mengarahkan. Kata administrare mempunyai kata benda administratio
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi administration
(sebagai kata benda) dan administrative (sebagai kata sifat). Administration
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda menjadi administratie.
Dalam bahasa Indonesia kata administration diterjemahkan menjadi administrasi
yang berarti melayani secara intensif.
Administratie dalam bahasa Belanda mengandung pengertian
sempit, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan (surat-menyurat),
sedangkan dalam arti luas ialah seni (art) dan ilmu (science)
mengelola (memanaj) sumber daya 7M + 1I (man, money, material, machines,
methods, marketing, and minutes) + information, untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Mengelola di sini meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan atau pengarahan, dan pengendalian. (Husaini Usman,
2006: 2)
Administrasi dalam arti yang luas adalah
proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
sumber daya organisasi. Pengarahan mencakup pemberian motivasi, kepemimpinan,
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, komunikasi, koordinasi dan
negoisasi. Sedangkan pengendalian meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan.
Menurut Sonang P. Siagian (1982)
administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih
didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pengertian modern administrasi diartikan sebagai suatu usaha bersama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
menggunakan segala dana dan daya yang ada. Dengan demikian, pengertian
administrasi di atas mengandung dua pengertian yang dapat didefinisikan sebagai
proses (fungsi) maupun sebagai tugas.
Persamaan dan Perbedaan Administrasi dengan
Manajemen
Dalam bahasa Inggris, kata administration
dan management digunakan dalam konteks dengan beberapa variasi
pengertian. Namun, dalam beberapa hal keduanya mempunyai persamaan arti dengan
kandungan makna to control yang artinya mengatur dan mengurus (Husaini
Usman, 2006: 4).
Pada awalnya, kata administration banyak digunakan
untuk organisasi sosial dan komersial. Istilah management baru populer
setelah dipublikasikannya karya ilmiah Taylor yang berjudul Shop Management
pada tahun 1903 dan Principles and Methods of Scientific Management pada
tahun 1911. Sejak itulah, Amerika dan Inggris dalam organisasi komersialnya
banyak menggunakan istilah management dari pada administration.
Sampai sekarang belum terdapat persamaan istilah
persesuaian paham mengenai isi bidang administrasi dengan bidang manajemen.
Di Amerika Serikat, sebagai negara yang memperkenalkan ilmu administrasi dengan
pesat, penggunaan istilah administrasi dengan manajemen masih sering dikacaukan
(Hutabarat, 1984: 18). Sebagai contoh, buku Fayol yang berjudul ”Administration
Industrielle et Generale” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi ”General
and Industrial Management” oleh Courbrough, Geneva, 1929.
Sebagian ahli berpendapat bahwa ”administrasi”
sama artinya dengan ”manajemen”. Misalnya, Sutisna (1987) menyatakan bahwa
dalam pemakaiannya secara umum administrasi diartikan sama dengan manajemen,
dan administrator sama dengan manajer. Namun sebagian, ahli lainnya menyatakan
bahwa di bidang pendidikan, pemerintahan, rumah sakit dan kemiliteran orang
pada umumnya memakai istilah adminisrtasi dan administrator. Sedangkan di
bidang industri dan perusahaan digunakan istilah manajemen dan manajer.
Bidang-bidang selain bidang pendidikan lebih
senang menggunakan istilah ”manajemen” sebagai pengganti istilah
”administrasi”. Karena kedua istilah tersebut dianggap sinonim (Suharsimi
Arikunto, 1983: 33). Tetapi, akhir-akhir ini ada kecendrungan dalam dunia
pendidikan untuk menerima istilah ”manajemen” sebagai pelengkap bukan sebagai
pengganti. Misalnya, dalam dunia pendidikan di Indonesia sejak tahun 2001
setelah diterapkannya desentralisasi pendidikan yang diikuti otonomi sekolah,
reorientasi pengelolaan pendidikan banyak menggunakan istilah ”manajemen”
seperti Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
(MMTP), dan lain sebagainya.
Atmosudirdjo (1980) tidak melihat perbedaan
manajemen dan administrasi secara terminologi. Bertolak belakang dari pendapat
terdahulu, penggunaan administrasi lebih banyak dijumpai di Eropa seperi
Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, Belgia, dan Belanda, sehingga mereka menyebut
administrasi adalah induknya, manajemen adalah anaknya, organisasi adalah
cucunya, dan kepemimpinan adalah cicitnya. Kemudian disingkat menjadi AMOL (Administrasi, Manajemen, Organisasi,
dan Leadership). Di Inggris dan bekas jajahannya, serta Amerika Serikat lebih
banyak menggunakan terminologi manajemen dengan menganggap administrasi adalah
bagian dari manajemen dan organisasi adalah bagian dari administrasi, dan
kepemimpinan bagian dari organisasi disingkat MAOL. Sedangkan Lembaga Administrasi Negara RI, menggunakan
Administrasi terlebih dahulu, kemudian Organisasi, baru Manejemen dan
Kepemimpinan. Disingkat AOML.
Tujuan dan Manfaat Manajemen
Tujuan utama manajemen menurut Voich (Nanang
Fattah, 1996: 15) adalah terwujudnya produktifitas dan kepuasan.. Sedangkan
menurut Husaini Usman (2006: 2-4) tujuan manajemen dapat dirinci sebagai
berikut; 1) terwujudnya suasana kerja atau iklim organisasi yang kondusif, 2)
tercapainya tujuan secara efektif dan efisien karena sumber daya 7M selalu
terbatas, dan 3) terbekalinya manajer dengan teori manajemen untuk meningkatkan
kemampuan manajerialnya. Sedangkan manfaat manajemen adalah dalam rangka; 1)
menciptakan suasana organisasi yang bermutu dan menyenangkan, 2) meningkatkan
kompetensi, 3) menghemat sumber daya 7M dengan hasil yang memuaskan pelanggan (stakeholders),
dan 4) mengkoordinasikan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai efektifitas
individu, kelompok, dan organisasi.
Hampir sama dengan uraian di atas, tetapi lebih
fokus pada konteks keorganisasian, Benyamin Liputo (1988: 14) mengemukakan
bahwa dalam kegiatan organisasi, tujuan manajemen adalah berusaha membantu
mengejar tujuan-tujuan pribadi maupun tujuan organisasi yang antara lain: 1)
mengejar laba, 2) melayani para pelanggan, 3) membantu kegiatan-kegiatan
sosial. Semua kegiatan ini menurutnya harus dicapai dengan prinsip efektif dan
efisien dalam pengorbanan yang berupa biaya, waktu, maupun tenaga yang lebih
sedikit dengan hasil yang berupa barang dan jasa yang lebih besar.
Uraian Tugas dan Fungsi-Fungsi Manajemen
Administrasi merupakan suatu rangkaian tugas yang
meliputi keseluruhan upaya dan tugas yang secara sadar dilakukan ke arah
tercapainya tujuan. Untuk itu, seluruh tugas yang terdapat dalam administrasi
adalah kegiatan-kegiatan dalam rangka meramalkan (forecasting), memperkirakan
tujuan dan merencanakan (planning), merumuskan kebijakan (policy
making), mengambil keputusan (decisions making), menyusun
perlengkapan dan membagi pekerjaan (organizing), mengatur orang-orang
yang turut dalam kerja sama (staffing), memberi perintah, keputusan,
ketentuan dan pedoman kerja (commanding), mengarahkan pelaksanaan agar
selaras dengan tujuan (coordinating), memperbaiki, mengawasi dan
menyempurnakan segala kesulitan dan masalah yang timbul demi perbaikan (controlling)
dan sebagainya.
Dari beberapa uraian di atas, maka tugas
administrasi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu; tugas-tugas
penggerak (fungsi-fungsi organik), dan tugas-tugas pendukung (fungsi-fungsi
pelengkap).
Para ahli memberikan pendapat yang beragam
mengenai fungsi-fungsi administrasi atau manajemen. Namun pada intinya terdapat
beberapa bagian yang mengandung kesamaan. Berikut pendapat beberapa ahli
manajemen tentang fungsi-fungsi manajemen:
Pendapat Beberapa Tokoh Mengenai
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
|
||||||
Fayol
|
Gullick
|
Terry
|
Dale
|
Koonts & O’donnel
|
Newman
|
Stoner
|
Planning
|
Planning
|
Planning
|
Planning
|
Planning
|
Planning
|
Planning
|
Organizing
|
Organizing
|
Organizing
|
Organizing
|
Organizing
|
Organizing
|
Organizing
|
Commanding
Coordinating
|
Staffing
Directing
Coordinating
|
Actuating
|
Staffing
Directing
Innovating
Representing
|
Staffing
Directing
|
Assembling of Resources, Directing
|
Leading
|
Controlling.
|
Reporting
Budgeting
|
Controlling
|
Controlling
|
Controlling
|
Controlling
|
Controlling
|
Sumber:
(Tani Handoko, 1986; 22, Benyamin Liputo, 1988: 16-17, dan Nanang Fattah, 1996:
13).
Prinsip-Prinsip
Manajemen
Agar proses
manajemen berjalan efektif dan efisien, maka perlu adanya prinsip-prinsip administrasi
yang dijadikan pegangan dalam mengelola, menjalankan, dan mengendalikan
organisasi. Fayol (Husaini Usman,
2006: 17-18) mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat
terkenal. Menurut Fayol, kegiatan administrasi memerlukan prinsip-prinsip sebagai
berikut: 1) divisi kerja, 2) otoritas, 3) disiplin, 4) kesatuan komando, 5)
kesatuan arahan, 6) subordinat minat individu, 7) sistem penggajian, 8)
sentralisasi, 9) rentang kendali, 10) perintah, 11) pemerataan, 12) stabilitas
personil, 13) inisiatif, dan 14) semangat tim. Hampir seirama dengan
prinsip-prinsip manajemen Fayol di atas, Hicks & Gullets (Benyamin Liputo,
1988: 19-20) mengemukakan prinsip-prinsip administrasi atau manajemen sebagai
berikut: 1) adanya tujuan yang harmonis, 2) kesatuan, 3) mengutamakan tujuan
dan perencanaan, 4) pengawasan, 5) pengambilan keputusan, 6) keseimbangan, dan
7) koordinasi.
Prinsip-prinsip manajemen lain dijelaskan oleh
Nanang Fattah (1996: 33-47) dengan uraian yang cukup ilmiah. Ia
mengklasifikasikan prinsip-prinsip manajemen ke dalam tiga bagian: 1) prinsip
manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective / MBO), 2)
prinsip manajemen berdasarkan orang (Management by People), dan 3)
prinsip manajemen berdasarkan informasi (Management Information System / MIS).
-Bagian II-
KONSEP DASAR ORGANISASI
Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin Organum
yang berarti alat, bagian, anggota badan. Organisasi menurut Weber (1968) dalam
bukunya Stoner & Freeman (2000) adalah stuktur birokrasi. Organisasi adalah
proses mendesain kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Griffin & Moorhead (1996)
organisasi ialah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan proses kerja sama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Agar proses kerja sama dan upaya mecapai tujuan organisasi tersebut dapat
dicapai dengan baik dan sistematis, dibutuhkan struktur organisasi. Proses
penyusunan struktur organisasi inilah yang disebut dengan pengorganisasian (organizing).
Pengertian
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses membagi kerja ke
dalam tugas-tugas kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang sesuai dengan
kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam
rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi (Nanang Fattah, 1996: 71). Pengertian
ini senada dengan apa yang dirumuskan oleh Terry (1977: 264); ”organizing is
the establishing of effective behavioral relationship among persons so that
they may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing
selected tasks under given environmental conditions for the purpose of
achieving some goal or objective”.
Rue &
Byars (2000: 186) yang mengatakan bahwa pengorganisasian merupakan
pengelompokan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan umum organisasi
dan penetapan penanggungjawab untuk masing-masing kelompok kegiatan tersebut
yang akan berwenang untuk mengawasi kinerja orang-orang yang ada di dalamnya.
Tipe Organisasi
Liphan, et.al. (Husaini Usman, 2006: 195)
membagi organisasi atas dua tipe, yaitu organisasi organis dan organisasi
mekanis. Di mana perbedaan kedua organisasi tersebut dapat disimpulkan dalam
tabel di bawah ini:
No.
|
Organis
|
Mekanis
|
1
|
Kompleksitas tinggi
|
Kompleksitas rendah
|
2
|
Sentralisasi
rendah
|
Sentralisasi
tinggi
|
3
|
Formalitas
rendah
|
Formalitas
tinggi
|
4
|
Stratifikasi
rendah
|
Stratifikasi
tinggi
|
5
|
Produksi
rendah
|
Produksi
tinggi
|
6
|
Adaptasi
tinggi
|
Adaptasi
rendah
|
7
|
Efisiensi
rendah
|
Efisiensi
tinggi
|
8
|
Terbuka
|
Tertutup
|
9
|
Spesifikasi
kegiatan umum
|
Spesifikasi
kegiatan khusus
|
10
|
Otoritas
menyebar
|
Otoritas
terpusat
|
11
|
Sumber
otoritas pada ahlinya
|
Sumber
otoritas pada pejabat
|
12
|
Aturan
sedikit / tidak tertulis
|
Aturan
banyak dan tertulis
|
13
|
Tugas, peran, dan fungsi longgar
|
Tugas, peran, dan fungsi ketat
|
14
|
Gaya
manajemen partisipatif
|
Gaya
manajemen otoriter
|
15
|
Fokus
strategi inovasi
|
Fokus
strategi efisiensi
|
16
|
Budaya
komitmen dan hasil
|
Budaya
pemenuhan dan tradisional
|
17
|
Tugas kritis: mental dan otak
|
Tugas kritis: fisik dan otot
|
18
|
Pembagian
keputusan tersebar (networking)
|
Pembagian
keputusan terpusat (top down)
|
19
|
Manusia
beragam
|
Manusia
seragam
|
20
|
Koordinasi
antar pribadi
|
Koordinasi
melalui hirarki
|
21
|
Hubungan
kelompok ke kelompok
|
Hubungan
hirarki
|
22
|
Struktur
tim multidisiplin
|
Struktur
fungsional
|
23
|
Bentuk
struktur dinamis
|
Bentuk
struktur statis
|
24
|
Level
sedikit
|
Level
banyak
|
25
|
Kompromitas
rendah
|
Kompromitas
tinggi
|
26
|
Kepuasan
kerja tinggi
|
Kepuasan
kerja rendah
|
27
|
Paternalistis
rendah
|
Paternalistis
tinggi
|
Tujuh Pengertian Organisasi
1. Organisasi sebagai
sebuah proses kerja sama
2.
Organisasi sebagai sebuah sistem
sosial
3. Organisasi sebagai
sebuah struktur (struktur organisasi)
4.
Organisasi sebagai sebuah kultur
(budaya organisasi)
5. Organisasi sebagai
sebuah wadah (tempat organisasi melakukan kegiatan)
6.
Organisasi sebagai sebuah iklim
7.
Orgnanisasi sebagai sebuah organisasi
belajar (learning organization)
Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur
organisasi sebagai sistem formal berhubungan dengan aturan-aturan, tugas serta
otoritas yang mengontrol tentang cara orang-orang dalam organisasi bekerja sama
dan memanfaatkan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut
Husaini Usman (2006: 149) struktur ini berkenaan dengan pekerjaan, sedangkan
pekerjaan mempengaruhi orang-orang yang ada di dalam organisasi. Struktur
organisasi ini berkenaan dengan proses keputusan dalam mendesain struktur
organisasi yang menyangkut: 1) pembagian pekerjaan, 2) departementalisasi, 3)
rentang kendali, dan 4) delegasi.
Proses penyusunan struktur organisasi tersebut
disebut pengorganisasian (organizing). Struktur organisasi ada enam
macam yaitu:
- Struktur organisai garis (line authority structure)
- Struktur organisasi garis dan staf
- Struktur organisasi fungsional
- Struktur organisasi devisional
- Struktur organisasi komite/panitia
- Struktur organisasi matriks (penyempurnaan organisasi fungsional)
Mekanisme Pengembangan Efektifitas
Organisasi
Organisasi
dinyatakan efektif jika tujuan anggota dan tujuan organisasi tercapai sesuai
target yang telah ditetapkan, sehingga pihak pelanggan internal dan eksternal
orgnisasi merasa puas.
Adapun bukti bahwa proses pengorganisasian
dalam manajemen pendidikan bermutu dan efektif dapat dilihat pada
indikator-indikator sebagai berikut: 1) berfokus pada pelanggan (anggota), 2)
terdapat pencegahan masalah, 3) investasi pada manusia (manusia sebagai asset),
4) memiliki strategi, 5) melihat keluhan sebagai respon, 6) memiliki kebijakan
dalam perencanaan mutu, 7) proses perbaikan partisipatif, 8) punya fasilitator
yang berkualitas, 9) mendorong personel lembaga untuk berinovasi dan berkreasi,
10) jelas peranan dan tanggungjawabnya, 11) memiliki strategi evaluasi
objektif, 12) memiliki rencana jangka panjang, 13) memiliki visi dan misi, 14)
memandang mutu sebagai bagian dari budaya, 15) mutu merupakan kewajiban, dan
16) terbuka dan akuntabel.
--Bagian III--
KONSEP KEPEMIMPINAN
Pengertian Kepemimpinan
Fungsi pemimpinan (leading) dalam manajemen
dapat disebut pula dengan bermacam-macam nama seperti mengarahkan (directing),
menggerakkan (actuating), memotivasi atau mendorong (motivating),
dan lain semacamnya. Pemimpinan menurut Stoner (1996: 8) menunjukkan bagaimana
para manajer mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain
untuk melaksanakan tugas tertentu, dengan menciptakan suasana yang tepat
membantu bawahan bekerja sebaik mungkin.
Term kepemimpinan dan manajemen kadang-kadang
digunakan secara bergantian atau dianggap sinonim, bahkan ada yang mengatakan
kepemimpinan merupakan pelengkap dari kegiatan manajemen. Namun demikian,
perbedaan yang digambarkan antara kedua konsep tersebut dapat diperjelas oleh
pernyataannya Bush & Coleman (2000: 4) yang mengatakan bahwa; ”leadership
is sometimes linked to vision and values while management is said to relate to processes
and structures”. Kepemimpinan
berhubungan dengan visi dan nilai, sedangkan manajemen berhubungan dengan
proses dan struktur.
Pengertian tentang kepemimpinan dirumuskan secara
beragam oleh para pakar manajemen sesuai dengan luas dan sempitnya aktivitas
manajemen yang dilakukan oleh seseorang. Seperti Peter Block (Lunenburg
& Ornstein, 2000: 113) yang mendefinisikan kepemimpinan dengan rumusan; "leadership
is persuading others to sublimate their own self interests and adopt the goals
of a group as their own". Kepemimpinan merupakan proses mengajak orang
lain untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri dan untuk mencapai tujuan suatu
kelompok sesuai kepentingan mereka.
Sedangkan Truman (Sadler, 1997: 21) mendefinisikan
pemimpinan dengan rumusan yang sederhana. Ia mengatakan bahwa; "leadership
is the ability to get men to do what they don't like to do and like it".
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka melakukan
sesuatu yang disukai ataupun yang tidak disukai.
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bersedia mengikuti
bimbingan atau ajakannya untuk mengambil keputusan tertentu. (Leadership is
the ability to influence people to willingly follow one’s guidance or adhere to
one’s decision) (Rue and Byars, 2000: 310).
Macam Kepemimpinan
Secara mendasar, pemimpin dapat bersifat formal
(diangkat oleh atasan dengan SK resmi) dan bersifat non-formal
(diangkat anggota lainnya tanpa SK resmi).
Menurut Mantja (2000) orang yang menjabat dalam
tingkatan pertama struktur organisasi disebut manajer, pejabat yang
lebih tinggi di atasnya disebut administrator, dan pejabat yang paling
tinggi disebut eksekutif atau leader. (Husaini Usman, 2006: 4).
Perbedaan Manajer dengan
Leader
Manajer Fokus Pada:
|
Leader Fokus Pada:
|
Tujuan (objective)
|
Visi (vision)
|
Banyak
mengatakan bagaimana dan kapan?
|
Banyak
menawarkan apa dan mengapa?
|
Berfikir dan
bertindak jangka pendek
|
Berfikir dan
bertindak jangka panjang
|
Organisasi dan struktur
|
Manusia
|
Otoriter
|
Demokrasi
|
Perintah
|
Membolehkan / mendelegasikan
|
Pemeliharaan
|
Pengembangan
|
Kompromi
|
Penantang
|
Peniruan
|
Keaslian
|
Pengadministrasian
|
Inovasi
|
Pengawasan
|
Pengarahan
|
Prosedur
|
Kebijakan
|
Konsistensi
|
Keluwesan
|
Resiko dihindari
|
Resiko sebagai peluang
|
Bawahan
|
Atasan
|
Manajer yang baik: do things right
(efisiensi)
|
Leader yang baik: do the right things
(efektivitas)
|
Sumber:
Verma 1996 (Husaini Usman, 2006: 5)
Prinsip Pemimpin dan Proses Pemimpinan dalam Organisasi
Seorang manajer atau administrator organisasi secara
umum prinsipnya adalah ingin memberikan “Pelayanan Prima” dalam arti yang
sebenarnya, bukan minta dilayani. PELAYANAN PRIMA dapat dikembangkan menjadi
konsep pemimpinan dalam konsep/penjelasan sebagai berikut: Pantas (biaya
hemat, mutu hebat dan waktu tepat); Empati (penuh perhatian); Langsung
(cepat dan tangkas); Akurat (tepat tindakan dan kebijakan); Yakin (dipercaya)
; Aman; Nyaman; Alatnya (lengkap dan modern); Nyata (bukan
sekedar janji); Perkataan (sopan); Rahasia (terjamin); Informasi
(dikuasai, lengkap dan mutakhir); Mudah (ditemui); Akuntabel (betanggungjawab)
(Husaini Usman, 2006: 1)
Dalam Kepemimpinan bisasanya terdapat penyerasian
kerja, penatahubungan, pengarahan dan perintah kerja. Untuk itu,
sebenarnya istilah pemimpinan ini digunakan untuk menggantikan istilah
pemberian perintah kerja dan pengarahan kerja, karena istilah pemimpinan (leading)
dipandang lebih manusiawi. (Hutabarat, 1984: 56)
Teori-teori Kepemimpinan
1.
Teori Kepemimpinan
Klasik:
a)
Gaya kepemimpinan model Taylor
(1911); cirinya: meningkatkan teknik dan metode kerja, manusia dianggap
mesin, manusia untuk manajemen (bukan manajemen untuk manusia), dan fokusnya
adalah kebutuhan organisasi.
b)
Gaya kepemimpinan model Mayo (1920);
cirinya: memperhatikan perasaan dan hubungan manusiawi, pusat kekuasaan adalah
hubungan pribadi dan fokusnya adalah pencapaian tujuan anggota.
c)
Studi Iowa; muncul dari hasil
penelitian Lippit & White di bawah bimbingan Lewin tahun 1930 dari
Universitas Iowa, yang kemudian menemukan tipe gaya kepemimpinan, yaitu;
Kepemimpinan Otoriter, Demokratis dan Laize Fire (semaunya
sendiri).
d)
Studi Ohio (1945); yang menemukan
empat gaya kepemimpinan, yaitu: (1) Struktur rendah, perhatian tinggi; (2)
Struktur tinggi, perhatian tinggi; (3) Struktur rendah, perhatian rendah, dan
(4) Struktur tinggi, perhatian rendah.
e)
Studi Michigan (1947); cirinya:
pengawasan terbuka, otoritas dan tanggung jawab penuh, dan fokus pada pekerja
dari pada produksi.
2.
Teori Kepemimpinan
Modern:
a)
Teori pendekatan sifat-sifat,
dikenal juga teori The Great Man,
cirinya: menekankan pada kelebihan sifat-sifat yang menggambarkan
kualitas tertentu yang dapat menjamin keberhasilan kepemimpinan
b)
Teori pendekatan perilaku, cirinya:
menekankan tentang bagaimana pemimpin secara aktual berperilaku atau bertindak
terhadap pengikutnya. Teori ini menghasilkan apa yg disebut dengan "gaya
pemimpin“ (leadership style). Dari gaya yang dilakukan sehari-hari kemudian
berubah menjadi tipe tertentu. Beberapa tipe yang terkenal antara lain: (1) Otoritarian
vs tipe demokratis, (2) Tipe X vs Tipe Y, (3) Task-oriented vs
Human relationship, dan (4) Inisiating structure vs Consideration.
c)
Teori kepemimpinan
situasional-kontingensi, cirinya: menerapkan
gaya kepemimpinan dengan situasi di mana kepemimpinan dilakukan; Misalnya gaya
direktif cocok diterapkan thd bawahan yang tingkat pengetahuannya rendah; gaya
partisipatif cocok diterapkan bilamana pengikutnya telah memiliki kesadaran
berorganisasi, dan lain-lain.
d)
Kepemimpinan Kharismatik: Kepemimpinan
di mana para pengikut beranggapan bhw pemimpin mereka diakui memiliki kemampuan
luar biasa; kemampuan tersebut dimiliki sebagai anugerah atau takdir. Cirinya:
memiliki sifat-sifat radikal, visioner, keberanian mengambil resiko atas
keputusan yang diambil, selalu melakukan perubahan, tidak konvensional, memiliki kepercayaan diri yang
kuat, pengikut mengagumi kemampuannya.
e)
Kepemimpinan transformasional:
menekankan pada peranan pemimpin untuk melakukan perubahan-perubahan secara
mendasar di dalam organisasi, sehingga diperoleh kinerja organisasi yang lebih
efektif dan produktif. Cirinya: perubahan besar dan menyeluruh, visioner, pemimpin yang futuristik, dan berorientasi
jauh ke depan
f)
Kepemimpinan Pancasila, di
dalamnya terdapat konsep kepemimpinan: Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di
depan memberikan teladan), Ing Madyo Mangon Karso (jika ada di tengah
memberikan tekad dan semangat) dan Tut Wuri Handayani (jika ada di
belakang memberikan motivasi), dan lain-lain.
g)
Kepemimpinan pendidikan,
sebuah konsep kepemimpinan kepala sekolah yang dikenal dengan EMASLIM, yaitu Educator,
Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator dan Motivator.
h)
Kepemimpinan pendidikan kejuruan,
sebuah konsep kepemimpinan sekolah kejuruan yang dikenal dengan EMASLEM-CO (Educator, Manager, Administrator,
Supervisor, Leader, Enterpreneur, Motivator, Climator, and Organizer).
Konsep Kekuasaan dalam Kepemimpian
Agar pemimpin
memiliki pengaruh yang kuat, dia harus
mengembangkan dan menggunakan power (kekuasaan). Power is the ability to
influence the behavior of others, power adalah kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain.
Dalam
kepemimpinan dikenal ada dua bentuk power : position power dan
personal power; Position power adalah power yang dimiliki seseorang karena
dia memiliki posisi atau kewenangan secara s ah (legitimate); dan Personal
power adalah power yang dimiliki seseorang kerena dia memiliki kelebihan
sifat-sifat kepribadian.
Adapun tipe
dan sumber power tersebut didapat dari aspek-aspek berikut:
§
Reward power (kekuasaan
ganjaran): Kepatuhan pengikut karena pemimpin memiliki kewenangan
mengendalikan dan memberikan imbalan;
§
Coercive power
(kekuasaan paksaan): Kepatuhan
pengikut karena pemimpin memiliki kemampuan mengendalikan, memerintah, memaksa,
dan memberikan hukuman;
§
Legitimate power:
pengikut mematuhi karena pemimpin memikii kewenangan yang syah secara hukum;
§
Expert power (kekuasaan
keahlian): kepatuhan karena pengikut yakin bahwa pemimpin memiliki
keahlian;
§
Referent power
(kekuasaan daya tarik): kepatuhan pengikut mengikuti perintah pemimpin
karena pemimpin memiliki perilaku, sikap dan tindakan yang dapat diteladani.
§
Information and Connection
Power (Kekuasaan informasi dan hubungan): kepatuhan pengikut karena
pemimpinnya mampu menguasai informasi dan memiliki hubungan yang kuat dengan
orang-orang penting dan berpengaruh.
--Bagian IIV--
ANALISIS KONFLIK
Pegertian Konflik
Secara umum konflik
didefinisikan sebagai sebuah pertentangan antara dua atau lebih terhadap satu
hal atau lebih dengan sesama anggota organisasi atau dengan organisasi lain,
sehingga terjadilah masalah (Husaini Usman, 2006: 86). Masalah adalah kesenjangan
yang terjadi antara harapan dengan kanyataan. Konflik dalam suatu organisasi
merupakan susuatu yang laten (pasti ada). Hanya saja bentuknya ada yang kecil,
sedang dan berat.
Tujuan Konflik
Konflik dalam
organisasi terjadi secara alami, bahkan memang sengaja diciptakan. Hal ini
karena konflik itu memiliki banyak tujuan antara lain: 1) mendapat dan
memperkuat kekuasaan atau keuntungan, baik pribadi maupun kelompok yang sering
disebut dengan politik belah bamboo; 2) meningkatkan kemesraan kelompok melalui
solusi terbaik, dan 3) menimbulkan dinamika pencapaian tujuan organisasi yang
lebih baik.
Persepsi Terhadap Konflik
No.
|
Persepsi Lama (Dampak Negatif)
|
Persepsi Baru (Dampak Positif)
|
1
|
Semua konflik berakibat
negatif
|
Semua konflik berakibat
negatif dan positif
|
2
|
Harus dihindari
(tradisional)
|
Harus dikelola
|
3
|
Berdampak negatif bagi
organisasi (disfunctional)
|
Berdampak posotif bagi
organisasi (functional)
|
4
|
Mengganggu norma yang sudah
mapan
|
Merevisi dan Memperbaharui
norma yang sudah mapan
|
5
|
Menghambat efektifitas
organisasi
|
Meningkatkan efektifitas
organisasi
|
6
|
Mengganggu hubungan kerja
sama (menghambat komunikasi)
|
Menambah intim hubungan
kerja sama (komunikasi lebih intens)
|
7
|
Mengarah pada disintegrasi
|
Menuju integrasi
|
8
|
Menghabiskan waktu dan
tenaga
|
Menghemat waktu dan tenaga
|
9
|
Stress, frustasi, tegang,
kurang konsentrasi, dan kurang puas
|
Mampu menyesuaikan diri dan
meningkatkan kepuasan
|
10
|
Tidak mampu mengambil
tindakan
|
Mampu mengambil tindakan
|
Bentuk-Bentuk dan Penyebab
Konflik
Konflik dapat
terjadi dalam 5 bentuk: 1) konflik dengan diri sendiri (konflik dengan hati
nurani) atau interpersonal; 2) konflik diri dengan seseorang (antarpersonal);
3) konflik diri sendiri dengan kelompok; 4) konflik kelompok dengan kelompok
dalam satu organisasi (intergroup); 5) konflik kelompok antar organisasi
(antargroup)
Berdasarkan
pada berbagai sumber dan hasil penelitian, konflik dalam organisasi biasanya
timbul/terjadi karena salah satu di antara beberapa hal berikut:
1.
adanya kesalahfahaman (kegagalan
dalam komunikasi)
2.
keadaan pribadi individu-individu
dalam segala aspeknya
3.
perbedaan pandangan, nilai dan
tujuan
4.
perbedaan standar penampilan
(performance)
5.
perbedaan yang berkenaan dengan
cara atau metode
6.
hal-hal yang berhubungan dengan
pertanggungjawaban
7.
kurangnya kemampuan dalam
unsur-unsur berkomunikasi
8.
hal-hal yang berkenaan dengan
kekuasaan dan pembagian kekuasaan
9.
adanya frustasi dan kejengkelan
10. adanya kompetesi karena memperebutkan sumber yang terbatas
11. tidak menyetujui butir-butir dalam peraturan dan kebijakan.
Strategi Mengatasi Konflik
Frost &
Wilmot (1986) mengidentifikasi empat strategi untuk mengatasi konflik, yaitu:
1) menghindar (avoidance), artinya lari dan menjauhkan diri dari
konflik; 2) eskalasi, yaitu meningkatkan intensitas pertentangan; 3) reduksi,
yaitu menurunkan intensitas pertentangan, dan 4) pemeliharaan (maintenance),
yaitu menjada keseimbangan perbedaan.
Untuk itu,
Dunnate (1976) memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dengan lima
kemungkinan, yaitu:
- Jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan pemaksaan (forcing) atau competiting;
- Jika kerja sama rendah dan kepuasaan diri rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding)
- Jika kerja sama dan kepuasan diri seimbang, maka gunakan kompromi (compromising)
- Jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri tinggi, maka gunakan kolaborasi (collaborating), dan
- Jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing)
Hasil Konflik
Secara umum,
hasil dari konflik itu akan menghasilkan dampak sebagai berikut:
- Kalah – Kalah: kedua kelompok mengalami kerugian (Saya tidak OK, anda juga tidak OK)
- Kalah – Menang: kelompok yang kalah rugi dan yang menang untung (Saya tidak OK, anda OK)
- Menang – Kalah: kelompok yang menang untung dan yang kalah rugi (Saya OK, anda tidak OK)
- Menang – Menang: kedua kelompok sama-sama diuntungkan, bisasanya ini melalui kompromi, kolaborasi atau negoisasi (Saya OK, anda juga OK)
Hubungan Hasil Konflik,
Strategi Konflik dan Perilaku yang Akan Muncul
Posisi Konflik
|
Strategi Konflik
|
Kemungkinan
Perilaku
|
Saya tidak OK, anda juga tidak
OK
|
Penghindaran
|
Tidak Asertif
|
Saya tidak OK, anda OK
|
Penghalusan
|
Tidak Asertif
|
Saya OK, anda tidak OK
|
Pemaksaan
|
Agresif
|
Saya OK, anda juga OK
|
Penentangan
|
Asertif
|
REFERENSI
Benyamin Liputo. (1988). Pengantar
manajemen. Jakarta: Depdikbud-Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi.
Bush, T. & Coleman, M. (2000). Leadership and strategic
management in education. London: Paul Chapman Publisihing Ltd.
Daft, Richard L,. (2002). Manajemen.
(jilid 1 edisi kelima) (Terjemahan Emil Salim, dkk) Vanderbilt University:
Harcourt, Inc. (Buku asli
diterbitkan pada tahun 1988).
Griffin, R.W. & Moorhead, G. (1996). Organizational Behavior.
Boston: Houghton Miffin Company.
Hani Handoko, T,. (1986). Manajemen.
(edisi kedua). Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Hariati Sukirman, et. al.,
(2003). Administrasi dan supervisi pendidikan. Yogyakarta: FIP
UNY
Husaini Usman. (2006). Manajemen:
teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hutabarat, J.M. (1984). Ilmu Administrasi. Yogyakarta:
Penerbit Liberty
Lunenburg, Fred C,. &
Ornstein, Allan C,. (2000). Educational administration concepts and
practices. (3rd.ed.) Belmont: Wadsworth Thomsong Learning.
Nanang Fattah. (1996). Landasan
manajemen pendidikan. Cet. VII. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rue, L.W. & Byars, L.L.
(2000). Manegement: Skills and application. (8th
ed.). Boston: The Irwin McGraw-Hill Companies.Inc.
Sadler, Philip. (1997). Leadership. (The
fast-track MBA series). London: Kogan Page Limited
Stoner, J.A.F &
Freeman, R.E. (2000). Management. New Jersey:
Prentice-Hall International Editions.
Stoner, James A.F,. (1996). Manajemen. (edisi revisi)
(Terjemahan Alfonsus Sirait) New York:
Prentice-Hall International Inc (Buku asli diterbitkan tahun 1982).
Suharsimi Arikunto. (1993).
Organisasi dan Administrasi Pendidikan; Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudduha, St,. (2004). Manajemen
pesantren: teori dan praktek. cet. I. Yogyakarta: Grha Guru.
Terry, G.R., (1977). Principles of management.
(7th ed.). Homewood: Richard D Irwin
[1]
Makalah ini disampaikan dalam acara Sekolah Organisasi oleh BEM STIKA
Guluk-Guluk Sumenep, pada hari Kamis, 10 Desember 2009. Makalah ini merupakan
modifikasi dari berbagai makalah seminar dan pelatihan serta materi kuliah
tentang Manajemen Organisasi di berbagai Perguruan Tinggi di Madura yang pernah
penulis sampaikan dalam berbagai forum tersebut.
[2]
Pemakalah adalah Dosen Tetap Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah INSTIKA Guluk-Guluk
Sumenep
Tidak ada komentar:
Posting Komentar