Jumat, 15 Agustus 2014

MANAJEMEN ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN ANALISIS KONFLIK


MANAJEMEN ORGANISASI,
KEPEMIMPINAN DAN ANALISIS KONFLIK[1]

Oleh: Fathor Rachman, S.Pd.I, M.Pd.[2]


--Bagian I--

KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN ORGANISASI



Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus  yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu kemudian digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Husaini Usman, 2006: 3).
Dalam Webster’s New Colegiate Dictionary, sebagaimana dikutip oleh Syamsudduha (2004: 15) disebutkan bahwa kata manajemen berasal dari kata to manage yang berasal dari bahasa Itali “managgio” dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa latin manus yang berarti tangan (hand). Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti: 1) to direct and control (membimbing dan mengawasi), 2) to treat with care (memperlakukan dengan seksama), 3) to carry on business or affair (mengurus perniagaan, atau urusan-urusan/persoalan-persoalan), 4) to achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu).
Secara terminologis, manajemen didefinisikan oleh berbagai pakar dengan ungkapan yang beragam. Hal ini tentu saja dilatarbelakangi oleh belum adanya kesepakatan universal apakah manajemen itu merupakan suatu ilmu, kiat (seni atau keterampilan), atau sebagai profesi. Menurut Stoner (1996: 8) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nanang Fattah (1996: 1) yang mengartikan manajemen sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan Daft (2002: 8) yang mendefinisikan manajemen (management) adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi.
Secara lebih teknis, Hani Handoko (1986: 10) merumuskan pangertian manajemen sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. Menurutnya, apapun tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tertentu, manajemen merupakan proses dan serangkaian kegiatan yang berupaya untuk mencapai tujuan.



Pengertian Administrasi
            Administrasi berasal dari bahasa Latin administrare yang terdiri dari kata ad dan ministrare. Kata Ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris yang berarti ke atau kepada. Sedangkan ministrare sama artinya dengan to serve atau to conduct yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan. Kata administrare mempunyai kata benda administratio yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi administration (sebagai kata benda) dan administrative (sebagai kata sifat). Administration kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda menjadi administratie. Dalam bahasa Indonesia kata administration diterjemahkan menjadi administrasi yang berarti melayani secara intensif.
Administratie dalam bahasa Belanda mengandung pengertian sempit, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan (surat-menyurat), sedangkan dalam arti luas ialah seni (art) dan ilmu (science) mengelola (memanaj) sumber daya 7M + 1I (man, money, material, machines, methods, marketing, and minutes) + information, untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Mengelola di sini meliputi perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan atau pengarahan, dan pengendalian. (Husaini Usman, 2006: 2)
Administrasi dalam arti yang luas adalah proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi. Pengarahan mencakup pemberian motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, komunikasi, koordinasi dan negoisasi. Sedangkan pengendalian meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan.
Menurut Sonang P. Siagian (1982) administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pengertian modern administrasi diartikan sebagai suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan segala dana dan daya yang ada. Dengan demikian, pengertian administrasi di atas mengandung dua pengertian yang dapat didefinisikan sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas.

Persamaan dan Perbedaan Administrasi dengan Manajemen
Dalam bahasa Inggris, kata administration dan management digunakan dalam konteks dengan beberapa variasi pengertian. Namun, dalam beberapa hal keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan mengurus (Husaini Usman, 2006: 4).
Pada awalnya, kata administration banyak digunakan untuk organisasi sosial dan komersial. Istilah management baru populer setelah dipublikasikannya karya ilmiah Taylor yang berjudul Shop Management pada tahun 1903 dan Principles and Methods of Scientific Management pada tahun 1911. Sejak itulah, Amerika dan Inggris dalam organisasi komersialnya banyak menggunakan istilah management dari pada administration.
Sampai sekarang belum terdapat persamaan istilah persesuaian paham mengenai isi bidang administrasi dengan bidang manajemen. Di Amerika Serikat, sebagai negara yang memperkenalkan ilmu administrasi dengan pesat, penggunaan istilah administrasi dengan manajemen masih sering dikacaukan (Hutabarat, 1984: 18). Sebagai contoh, buku Fayol yang berjudul ”Administration Industrielle et Generale” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi ”General and Industrial Management” oleh Courbrough, Geneva, 1929.
Sebagian ahli berpendapat bahwa ”administrasi” sama artinya dengan ”manajemen”. Misalnya, Sutisna (1987) menyatakan bahwa dalam pemakaiannya secara umum administrasi diartikan sama dengan manajemen, dan administrator sama dengan manajer. Namun sebagian, ahli lainnya menyatakan bahwa di bidang pendidikan, pemerintahan, rumah sakit dan kemiliteran orang pada umumnya memakai istilah adminisrtasi dan administrator. Sedangkan di bidang industri dan perusahaan digunakan istilah manajemen dan manajer.
Bidang-bidang selain bidang pendidikan lebih senang menggunakan istilah ”manajemen” sebagai pengganti istilah ”administrasi”. Karena kedua istilah tersebut dianggap sinonim (Suharsimi Arikunto, 1983: 33). Tetapi, akhir-akhir ini ada kecendrungan dalam dunia pendidikan untuk menerima istilah ”manajemen” sebagai pelengkap bukan sebagai pengganti. Misalnya, dalam dunia pendidikan di Indonesia sejak tahun 2001 setelah diterapkannya desentralisasi pendidikan yang diikuti otonomi sekolah, reorientasi pengelolaan pendidikan banyak menggunakan istilah ”manajemen” seperti Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP), dan lain sebagainya.
Atmosudirdjo (1980) tidak melihat perbedaan manajemen dan administrasi secara terminologi. Bertolak belakang dari pendapat terdahulu, penggunaan administrasi lebih banyak dijumpai di Eropa seperi Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, Belgia, dan Belanda, sehingga mereka menyebut administrasi adalah induknya, manajemen adalah anaknya, organisasi adalah cucunya, dan kepemimpinan adalah cicitnya. Kemudian disingkat menjadi AMOL (Administrasi, Manajemen, Organisasi, dan Leadership). Di Inggris dan bekas jajahannya, serta Amerika Serikat lebih banyak menggunakan terminologi manajemen dengan menganggap administrasi adalah bagian dari manajemen dan organisasi adalah bagian dari administrasi, dan kepemimpinan bagian dari organisasi disingkat MAOL. Sedangkan Lembaga Administrasi Negara RI, menggunakan Administrasi terlebih dahulu, kemudian Organisasi, baru Manejemen dan Kepemimpinan. Disingkat AOML.

Tujuan dan Manfaat Manajemen
Tujuan utama manajemen menurut Voich (Nanang Fattah, 1996: 15) adalah terwujudnya produktifitas dan kepuasan.. Sedangkan menurut Husaini Usman (2006: 2-4) tujuan manajemen dapat dirinci sebagai berikut; 1) terwujudnya suasana kerja atau iklim organisasi yang kondusif, 2) tercapainya tujuan secara efektif dan efisien karena sumber daya 7M selalu terbatas, dan 3) terbekalinya manajer dengan teori manajemen untuk meningkatkan kemampuan manajerialnya. Sedangkan manfaat manajemen adalah dalam rangka; 1) menciptakan suasana organisasi yang bermutu dan menyenangkan, 2) meningkatkan kompetensi, 3) menghemat sumber daya 7M dengan hasil yang memuaskan pelanggan (stakeholders), dan 4) mengkoordinasikan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai efektifitas individu, kelompok, dan organisasi.
Hampir sama dengan uraian di atas, tetapi lebih fokus pada konteks keorganisasian, Benyamin Liputo (1988: 14) mengemukakan bahwa dalam kegiatan organisasi, tujuan manajemen adalah berusaha membantu mengejar tujuan-tujuan pribadi maupun tujuan organisasi yang antara lain: 1) mengejar laba, 2) melayani para pelanggan, 3) membantu kegiatan-kegiatan sosial. Semua kegiatan ini menurutnya harus dicapai dengan prinsip efektif dan efisien dalam pengorbanan yang berupa biaya, waktu, maupun tenaga yang lebih sedikit dengan hasil yang berupa barang dan jasa yang lebih besar.

Uraian Tugas dan Fungsi-Fungsi Manajemen
Administrasi merupakan suatu rangkaian tugas yang meliputi keseluruhan upaya dan tugas yang secara sadar dilakukan ke arah tercapainya tujuan. Untuk itu, seluruh tugas yang terdapat dalam administrasi adalah kegiatan-kegiatan dalam rangka meramalkan (forecasting), memperkirakan tujuan dan merencanakan (planning), merumuskan kebijakan (policy making), mengambil keputusan (decisions making), menyusun perlengkapan dan membagi pekerjaan (organizing), mengatur orang-orang yang turut dalam kerja sama (staffing), memberi perintah, keputusan, ketentuan dan pedoman kerja (commanding), mengarahkan pelaksanaan agar selaras dengan tujuan (coordinating), memperbaiki, mengawasi dan menyempurnakan segala kesulitan dan masalah yang timbul demi perbaikan (controlling) dan sebagainya.
Dari beberapa uraian di atas, maka tugas administrasi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu; tugas-tugas penggerak (fungsi-fungsi organik), dan tugas-tugas pendukung (fungsi-fungsi pelengkap).
Para ahli memberikan pendapat yang beragam mengenai fungsi-fungsi administrasi atau manajemen. Namun pada intinya terdapat beberapa bagian yang mengandung kesamaan. Berikut pendapat beberapa ahli manajemen tentang fungsi-fungsi manajemen:


Pendapat Beberapa Tokoh Mengenai
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Fayol
Gullick
Terry
Dale
Koonts & O’donnel
Newman
Stoner
Planning
Planning
Planning
Planning
Planning
Planning
Planning
Organizing
Organizing
Organizing
Organizing
Organizing
Organizing
Organizing
Commanding
Coordinating
Staffing
Directing
Coordinating
Actuating
Staffing
Directing
Innovating
Representing
Staffing
Directing
Assembling of Resources, Directing
Leading
Controlling.
Reporting
Budgeting
Controlling
Controlling
Controlling
Controlling
Controlling
Sumber: (Tani Handoko, 1986; 22, Benyamin Liputo, 1988: 16-17, dan Nanang Fattah, 1996: 13).


Prinsip-Prinsip Manajemen
Agar proses manajemen berjalan efektif dan efisien, maka perlu adanya prinsip-prinsip administrasi yang dijadikan pegangan dalam mengelola, menjalankan, dan mengendalikan organisasi. Fayol (Husaini Usman, 2006: 17-18) mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat terkenal. Menurut Fayol, kegiatan administrasi memerlukan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) divisi kerja, 2) otoritas, 3) disiplin, 4) kesatuan komando, 5) kesatuan arahan, 6) subordinat minat individu, 7) sistem penggajian, 8) sentralisasi, 9) rentang kendali, 10) perintah, 11) pemerataan, 12) stabilitas personil, 13) inisiatif, dan 14) semangat tim. Hampir seirama dengan prinsip-prinsip manajemen Fayol di atas, Hicks & Gullets (Benyamin Liputo, 1988: 19-20) mengemukakan prinsip-prinsip administrasi atau manajemen sebagai berikut: 1) adanya tujuan yang harmonis, 2) kesatuan, 3) mengutamakan tujuan dan perencanaan, 4) pengawasan, 5) pengambilan keputusan, 6) keseimbangan, dan 7) koordinasi.
Prinsip-prinsip manajemen lain dijelaskan oleh Nanang Fattah (1996: 33-47) dengan uraian yang cukup ilmiah. Ia mengklasifikasikan prinsip-prinsip manajemen ke dalam tiga bagian: 1) prinsip manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective / MBO), 2) prinsip manajemen berdasarkan orang (Management by People), dan 3) prinsip manajemen berdasarkan informasi (Management Information System / MIS).


-Bagian II-
KONSEP DASAR ORGANISASI

Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin Organum yang berarti alat, bagian, anggota badan. Organisasi menurut Weber (1968) dalam bukunya Stoner & Freeman (2000) adalah stuktur birokrasi. Organisasi adalah proses mendesain kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Griffin & Moorhead (1996) organisasi ialah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan proses kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Agar proses kerja sama dan upaya mecapai tujuan organisasi tersebut dapat dicapai dengan baik dan sistematis, dibutuhkan struktur organisasi. Proses penyusunan struktur organisasi inilah yang disebut dengan pengorganisasian (organizing).


Pengertian Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi (Nanang Fattah, 1996: 71). Pengertian ini senada dengan apa yang dirumuskan oleh Terry (1977: 264); ”organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons so that they may work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected tasks under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal or objective”.
Rue & Byars (2000: 186) yang mengatakan bahwa pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan umum organisasi dan penetapan penanggungjawab untuk masing-masing kelompok kegiatan tersebut yang akan berwenang untuk mengawasi kinerja orang-orang yang ada di dalamnya.

Tipe Organisasi
Liphan, et.al. (Husaini Usman, 2006: 195) membagi organisasi atas dua tipe, yaitu organisasi organis dan organisasi mekanis. Di mana perbedaan kedua organisasi tersebut dapat disimpulkan dalam tabel di bawah ini:

No.
Organis
Mekanis
1
Kompleksitas tinggi
Kompleksitas rendah
2
Sentralisasi rendah
Sentralisasi tinggi
3
Formalitas rendah
Formalitas tinggi
4
Stratifikasi rendah
Stratifikasi tinggi
5
Produksi rendah
Produksi tinggi
6
Adaptasi tinggi
Adaptasi rendah
7
Efisiensi rendah
Efisiensi tinggi
8
Terbuka
Tertutup
9
Spesifikasi kegiatan umum
Spesifikasi kegiatan khusus
10
Otoritas menyebar
Otoritas terpusat
11
Sumber otoritas pada ahlinya
Sumber otoritas pada pejabat
12
Aturan sedikit / tidak tertulis
Aturan banyak dan tertulis
13
Tugas, peran, dan fungsi longgar
Tugas, peran, dan fungsi ketat
14
Gaya manajemen partisipatif
Gaya manajemen otoriter
15
Fokus strategi inovasi
Fokus strategi efisiensi
16
Budaya komitmen dan hasil
Budaya pemenuhan dan tradisional
17
Tugas kritis: mental dan otak
Tugas kritis: fisik dan otot
18
Pembagian keputusan tersebar (networking)
Pembagian keputusan terpusat (top down)
19
Manusia beragam
Manusia seragam
20
Koordinasi antar pribadi
Koordinasi melalui hirarki
21
Hubungan kelompok ke kelompok
Hubungan hirarki
22
Struktur tim multidisiplin
Struktur fungsional
23
Bentuk struktur dinamis
Bentuk struktur statis
24
Level sedikit
Level banyak
25
Kompromitas rendah
Kompromitas tinggi
26
Kepuasan kerja tinggi
Kepuasan kerja rendah
27
Paternalistis rendah
Paternalistis tinggi

Tujuh Pengertian Organisasi
1.      Organisasi sebagai sebuah proses kerja sama
2.      Organisasi sebagai sebuah sistem sosial
3.      Organisasi sebagai sebuah struktur (struktur organisasi)
4.      Organisasi sebagai sebuah kultur (budaya organisasi)
5.      Organisasi sebagai sebuah wadah (tempat organisasi melakukan kegiatan)
6.      Organisasi sebagai sebuah iklim
7.      Orgnanisasi sebagai sebuah organisasi belajar (learning organization)

Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur organisasi sebagai sistem formal berhubungan dengan aturan-aturan, tugas serta otoritas yang mengontrol tentang cara orang-orang dalam organisasi bekerja sama dan memanfaatkan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Husaini Usman (2006: 149) struktur ini berkenaan dengan pekerjaan, sedangkan pekerjaan mempengaruhi orang-orang yang ada di dalam organisasi. Struktur organisasi ini berkenaan dengan proses keputusan dalam mendesain struktur organisasi yang menyangkut: 1) pembagian pekerjaan, 2) departementalisasi, 3) rentang kendali, dan 4) delegasi.
Proses penyusunan struktur organisasi tersebut disebut pengorganisasian (organizing). Struktur organisasi ada enam macam yaitu:
  1. Struktur organisai garis (line authority structure)
  2. Struktur organisasi garis dan staf
  3. Struktur organisasi fungsional
  4. Struktur organisasi devisional
  5. Struktur organisasi komite/panitia
  6. Struktur organisasi matriks (penyempurnaan organisasi fungsional)

Mekanisme Pengembangan Efektifitas Organisasi
            Organisasi dinyatakan efektif jika tujuan anggota dan tujuan organisasi tercapai sesuai target yang telah ditetapkan, sehingga pihak pelanggan internal dan eksternal orgnisasi merasa puas.
Adapun bukti bahwa proses pengorganisasian dalam manajemen pendidikan bermutu dan efektif dapat dilihat pada indikator-indikator sebagai berikut: 1) berfokus pada pelanggan (anggota), 2) terdapat pencegahan masalah, 3) investasi pada manusia (manusia sebagai asset), 4) memiliki strategi, 5) melihat keluhan sebagai respon, 6) memiliki kebijakan dalam perencanaan mutu, 7) proses perbaikan partisipatif, 8) punya fasilitator yang berkualitas, 9) mendorong personel lembaga untuk berinovasi dan berkreasi, 10) jelas peranan dan tanggungjawabnya, 11) memiliki strategi evaluasi objektif, 12) memiliki rencana jangka panjang, 13) memiliki visi dan misi, 14) memandang mutu sebagai bagian dari budaya, 15) mutu merupakan kewajiban, dan 16) terbuka dan akuntabel.  


--Bagian III--
KONSEP KEPEMIMPINAN

Pengertian Kepemimpinan
Fungsi pemimpinan (leading) dalam manajemen dapat disebut pula dengan bermacam-macam nama seperti mengarahkan (directing), menggerakkan (actuating), memotivasi atau mendorong (motivating), dan lain semacamnya. Pemimpinan menurut Stoner (1996: 8) menunjukkan bagaimana para manajer mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu, dengan menciptakan suasana yang tepat membantu bawahan bekerja sebaik mungkin.
Term kepemimpinan dan manajemen kadang-kadang digunakan secara bergantian atau dianggap sinonim, bahkan ada yang mengatakan kepemimpinan merupakan pelengkap dari kegiatan manajemen. Namun demikian, perbedaan yang digambarkan antara kedua konsep tersebut dapat diperjelas oleh pernyataannya Bush & Coleman (2000: 4) yang mengatakan bahwa; ”leadership is sometimes linked to vision and values while management is said to relate to processes and structures”. Kepemimpinan berhubungan dengan visi dan nilai, sedangkan manajemen berhubungan dengan proses dan struktur.
Pengertian tentang kepemimpinan dirumuskan secara beragam oleh para pakar manajemen sesuai dengan luas dan sempitnya aktivitas manajemen yang dilakukan oleh seseorang. Seperti Peter Block (Lunenburg & Ornstein, 2000: 113) yang mendefinisikan kepemimpinan dengan rumusan; "leadership is persuading others to sublimate their own self interests and adopt the goals of a group as their own". Kepemimpinan merupakan proses mengajak orang lain untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri dan untuk mencapai tujuan suatu kelompok sesuai kepentingan mereka.
Sedangkan Truman (Sadler, 1997: 21) mendefinisikan pemimpinan dengan rumusan yang sederhana. Ia mengatakan bahwa; "leadership is the ability to get men to do what they don't like to do and like it". Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka melakukan sesuatu yang disukai ataupun yang tidak disukai.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bersedia mengikuti bimbingan atau ajakannya untuk mengambil keputusan tertentu. (Leadership is the ability to influence people to willingly follow one’s guidance or adhere to one’s decision) (Rue and Byars, 2000: 310).

Macam Kepemimpinan
Secara mendasar, pemimpin dapat bersifat formal (diangkat oleh atasan dengan SK resmi) dan bersifat non-formal (diangkat anggota lainnya tanpa SK resmi).
Menurut Mantja (2000) orang yang menjabat dalam tingkatan pertama struktur organisasi disebut manajer, pejabat yang lebih tinggi di atasnya disebut administrator, dan pejabat yang paling tinggi disebut eksekutif atau leader. (Husaini Usman, 2006: 4).

Perbedaan Manajer dengan Leader

Manajer Fokus Pada:
Leader Fokus Pada:
Tujuan (objective)
Visi (vision)
Banyak mengatakan bagaimana dan kapan?
Banyak menawarkan apa dan mengapa?
Berfikir dan bertindak jangka pendek
Berfikir dan bertindak jangka panjang
Organisasi dan struktur
Manusia
Otoriter
Demokrasi
Perintah
Membolehkan / mendelegasikan
Pemeliharaan
Pengembangan
Kompromi
Penantang
Peniruan
Keaslian
Pengadministrasian
Inovasi
Pengawasan
Pengarahan
Prosedur
Kebijakan
Konsistensi
Keluwesan
Resiko dihindari
Resiko sebagai peluang
Bawahan
Atasan
Manajer yang baik: do things right (efisiensi)
Leader yang baik: do the right things (efektivitas)
Sumber: Verma 1996 (Husaini Usman, 2006: 5)

Prinsip Pemimpin dan Proses Pemimpinan dalam Organisasi
Seorang manajer atau administrator organisasi secara umum prinsipnya adalah ingin memberikan “Pelayanan Prima” dalam arti yang sebenarnya, bukan minta dilayani. PELAYANAN PRIMA dapat dikembangkan menjadi konsep pemimpinan dalam konsep/penjelasan sebagai berikut: Pantas (biaya hemat, mutu hebat dan waktu tepat); Empati (penuh perhatian); Langsung (cepat dan tangkas); Akurat (tepat tindakan dan kebijakan); Yakin (dipercaya) ; Aman; Nyaman; Alatnya (lengkap dan modern); Nyata (bukan sekedar janji); Perkataan (sopan); Rahasia (terjamin); Informasi (dikuasai, lengkap dan mutakhir); Mudah (ditemui); Akuntabel (betanggungjawab) (Husaini Usman, 2006: 1)
Dalam Kepemimpinan bisasanya terdapat penyerasian kerja, penatahubungan, pengarahan dan perintah kerja. Untuk itu, sebenarnya istilah pemimpinan ini digunakan untuk menggantikan istilah pemberian perintah kerja dan pengarahan kerja, karena istilah pemimpinan (leading) dipandang lebih manusiawi. (Hutabarat, 1984: 56)

Teori-teori Kepemimpinan
1.      Teori Kepemimpinan Klasik:
a)      Gaya kepemimpinan model Taylor (1911); cirinya: meningkatkan teknik dan metode kerja, manusia dianggap mesin, manusia untuk manajemen (bukan manajemen untuk manusia), dan fokusnya adalah kebutuhan organisasi.
b)      Gaya kepemimpinan model Mayo (1920); cirinya: memperhatikan perasaan dan hubungan manusiawi, pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dan fokusnya adalah pencapaian tujuan anggota.
c)      Studi Iowa; muncul dari hasil penelitian Lippit & White di bawah bimbingan Lewin tahun 1930 dari Universitas Iowa, yang kemudian menemukan tipe gaya kepemimpinan, yaitu; Kepemimpinan Otoriter, Demokratis dan Laize Fire (semaunya sendiri).
d)     Studi Ohio (1945); yang menemukan empat gaya kepemimpinan, yaitu: (1) Struktur rendah, perhatian tinggi; (2) Struktur tinggi, perhatian tinggi; (3) Struktur rendah, perhatian rendah, dan (4) Struktur tinggi, perhatian rendah.
e)      Studi Michigan (1947); cirinya: pengawasan terbuka, otoritas dan tanggung jawab penuh, dan fokus pada pekerja dari pada produksi.

2.      Teori Kepemimpinan Modern:
a)      Teori pendekatan sifat-sifat, dikenal juga teori The Great Man,  cirinya: menekankan pada kelebihan sifat-sifat yang menggambarkan kualitas tertentu yang dapat menjamin keberhasilan kepemimpinan
b)      Teori pendekatan perilaku, cirinya: menekankan tentang bagaimana pemimpin secara aktual berperilaku atau bertindak terhadap pengikutnya. Teori ini menghasilkan apa yg disebut dengan "gaya pemimpin“ (leadership style). Dari gaya yang dilakukan sehari-hari kemudian berubah menjadi tipe tertentu. Beberapa tipe yang terkenal antara lain: (1) Otoritarian vs tipe demokratis, (2) Tipe X vs Tipe Y, (3) Task-oriented vs Human relationship, dan (4) Inisiating structure vs Consideration.
c)      Teori kepemimpinan situasional-kontingensi, cirinya: menerapkan gaya kepemimpinan dengan situasi di mana kepemimpinan dilakukan; Misalnya gaya direktif cocok diterapkan thd bawahan yang tingkat pengetahuannya rendah; gaya partisipatif cocok diterapkan bilamana pengikutnya telah memiliki kesadaran berorganisasi, dan lain-lain.
d)     Kepemimpinan Kharismatik: Kepemimpinan di mana para pengikut beranggapan bhw pemimpin mereka diakui memiliki kemampuan luar biasa; kemampuan tersebut dimiliki sebagai anugerah atau takdir. Cirinya: memiliki sifat-sifat radikal, visioner, keberanian mengambil resiko atas keputusan yang diambil, selalu melakukan perubahan, tidak  konvensional, memiliki kepercayaan diri yang kuat, pengikut mengagumi kemampuannya.
e)      Kepemimpinan transformasional: menekankan pada peranan pemimpin untuk melakukan perubahan-perubahan secara mendasar di dalam organisasi, sehingga diperoleh kinerja organisasi yang lebih efektif dan produktif. Cirinya: perubahan besar dan menyeluruh, visioner,  pemimpin yang futuristik, dan berorientasi jauh ke depan
f)       Kepemimpinan Pancasila, di dalamnya terdapat konsep kepemimpinan: Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberikan teladan), Ing Madyo Mangon Karso (jika ada di tengah memberikan tekad dan semangat) dan Tut Wuri Handayani (jika ada di belakang memberikan motivasi), dan lain-lain.
g)      Kepemimpinan pendidikan, sebuah konsep kepemimpinan kepala sekolah yang dikenal dengan EMASLIM, yaitu Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator dan Motivator.
h)      Kepemimpinan pendidikan kejuruan, sebuah konsep kepemimpinan sekolah kejuruan yang dikenal dengan EMASLEM-CO (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Enterpreneur, Motivator, Climator, and Organizer).

Konsep Kekuasaan dalam Kepemimpian
Agar pemimpin memiliki pengaruh yang kuat, dia  harus mengembangkan dan menggunakan power (kekuasaan). Power is the ability to influence the behavior of others, power adalah kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain.
Dalam kepemimpinan dikenal ada dua bentuk power : position power dan personal power; Position power adalah power yang dimiliki seseorang karena dia memiliki posisi atau kewenangan secara s ah (legitimate); dan Personal power adalah power yang dimiliki seseorang kerena dia memiliki kelebihan sifat-sifat kepribadian.
Adapun tipe dan sumber power tersebut didapat dari aspek-aspek berikut:
§  Reward power (kekuasaan ganjaran): Kepatuhan pengikut karena pemimpin memiliki kewenangan mengendalikan dan memberikan imbalan;
§  Coercive power (kekuasaan paksaan):  Kepatuhan pengikut karena pemimpin memiliki kemampuan mengendalikan, memerintah, memaksa, dan memberikan hukuman;
§  Legitimate power: pengikut mematuhi karena pemimpin memikii kewenangan yang syah secara hukum;
§  Expert power (kekuasaan keahlian): kepatuhan karena pengikut yakin bahwa pemimpin memiliki keahlian;
§  Referent power (kekuasaan daya tarik): kepatuhan pengikut mengikuti perintah pemimpin karena pemimpin memiliki perilaku, sikap dan tindakan yang dapat diteladani.
§  Information and Connection Power (Kekuasaan informasi dan hubungan): kepatuhan pengikut karena pemimpinnya mampu menguasai informasi dan memiliki hubungan yang kuat dengan orang-orang penting dan berpengaruh.



--Bagian IIV--
ANALISIS KONFLIK

Pegertian Konflik
Secara umum konflik didefinisikan sebagai sebuah pertentangan antara dua atau lebih terhadap satu hal atau lebih dengan sesama anggota organisasi atau dengan organisasi lain, sehingga terjadilah masalah (Husaini Usman, 2006: 86). Masalah adalah kesenjangan yang terjadi antara harapan dengan kanyataan. Konflik dalam suatu organisasi merupakan susuatu yang laten (pasti ada). Hanya saja bentuknya ada yang kecil, sedang dan berat.

Tujuan Konflik
Konflik dalam organisasi terjadi secara alami, bahkan memang sengaja diciptakan. Hal ini karena konflik itu memiliki banyak tujuan antara lain: 1) mendapat dan memperkuat kekuasaan atau keuntungan, baik pribadi maupun kelompok yang sering disebut dengan politik belah bamboo; 2) meningkatkan kemesraan kelompok melalui solusi terbaik, dan 3) menimbulkan dinamika pencapaian tujuan organisasi yang lebih baik.

Persepsi Terhadap Konflik

No.
Persepsi Lama (Dampak Negatif)
Persepsi Baru (Dampak Positif)
1
Semua konflik berakibat negatif
Semua konflik berakibat negatif dan positif
2
Harus dihindari (tradisional)
Harus dikelola
3
Berdampak negatif bagi organisasi (disfunctional)
Berdampak posotif bagi organisasi (functional)
4
Mengganggu norma yang sudah mapan
Merevisi dan Memperbaharui norma yang sudah mapan
5
Menghambat efektifitas organisasi
Meningkatkan efektifitas organisasi
6
Mengganggu hubungan kerja sama (menghambat komunikasi)
Menambah intim hubungan kerja sama (komunikasi lebih intens)
7
Mengarah pada disintegrasi
Menuju integrasi
8
Menghabiskan waktu dan tenaga
Menghemat waktu dan tenaga
9
Stress, frustasi, tegang, kurang konsentrasi, dan kurang puas
Mampu menyesuaikan diri dan meningkatkan kepuasan
10
Tidak mampu mengambil tindakan
Mampu mengambil tindakan

Bentuk-Bentuk dan Penyebab Konflik
Konflik dapat terjadi dalam 5 bentuk: 1) konflik dengan diri sendiri (konflik dengan hati nurani) atau interpersonal; 2) konflik diri dengan seseorang (antarpersonal); 3) konflik diri sendiri dengan kelompok; 4) konflik kelompok dengan kelompok dalam satu organisasi (intergroup); 5) konflik kelompok antar organisasi (antargroup)
Berdasarkan pada berbagai sumber dan hasil penelitian, konflik dalam organisasi biasanya timbul/terjadi karena salah satu di antara beberapa hal berikut:
1.      adanya kesalahfahaman (kegagalan dalam komunikasi)
2.      keadaan pribadi individu-individu dalam segala aspeknya
3.      perbedaan pandangan, nilai dan tujuan
4.      perbedaan standar penampilan (performance)
5.      perbedaan yang berkenaan dengan cara atau metode
6.      hal-hal yang berhubungan dengan pertanggungjawaban
7.      kurangnya kemampuan dalam unsur-unsur berkomunikasi
8.      hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan dan pembagian kekuasaan
9.      adanya frustasi dan kejengkelan
10.  adanya kompetesi karena memperebutkan sumber yang terbatas
11.  tidak menyetujui butir-butir dalam peraturan dan kebijakan.

Strategi Mengatasi Konflik
Frost & Wilmot (1986) mengidentifikasi empat strategi untuk mengatasi konflik, yaitu: 1) menghindar (avoidance), artinya lari dan menjauhkan diri dari konflik; 2) eskalasi, yaitu meningkatkan intensitas pertentangan; 3) reduksi, yaitu menurunkan intensitas pertentangan, dan 4) pemeliharaan (maintenance), yaitu menjada keseimbangan perbedaan.
Untuk itu, Dunnate (1976) memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dengan lima kemungkinan, yaitu:
  1. Jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan pemaksaan (forcing) atau competiting;
  2. Jika kerja sama rendah dan kepuasaan diri rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding)
  3. Jika kerja sama dan kepuasan diri seimbang, maka gunakan kompromi (compromising)
  4. Jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri tinggi, maka gunakan kolaborasi (collaborating), dan
  5. Jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing)

Hasil Konflik
Secara umum, hasil dari konflik itu akan menghasilkan dampak sebagai berikut:
  1. Kalah – Kalah: kedua kelompok mengalami kerugian (Saya tidak OK, anda juga tidak OK)
  2. Kalah – Menang: kelompok yang kalah rugi dan yang menang untung (Saya tidak OK, anda OK)
  3. Menang – Kalah: kelompok yang menang untung dan yang kalah rugi (Saya OK, anda tidak OK)
  4. Menang – Menang: kedua kelompok sama-sama diuntungkan, bisasanya ini melalui kompromi, kolaborasi atau negoisasi (Saya OK, anda juga OK)

Hubungan Hasil Konflik, Strategi Konflik dan Perilaku yang Akan Muncul


Posisi Konflik
Strategi Konflik
Kemungkinan Perilaku
Saya tidak OK, anda juga tidak OK
Penghindaran
Tidak Asertif
Saya tidak OK, anda OK
Penghalusan
Tidak Asertif
Saya OK, anda tidak OK
Pemaksaan
Agresif
Saya OK, anda juga OK
Penentangan
Asertif





































REFERENSI

Benyamin Liputo. (1988). Pengantar manajemen. Jakarta: Depdikbud-Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi.
Bush, T. & Coleman, M. (2000). Leadership and strategic management in education. London: Paul Chapman Publisihing Ltd.
Daft, Richard L,. (2002). Manajemen. (jilid 1 edisi kelima) (Terjemahan Emil Salim, dkk) Vanderbilt University: Harcourt, Inc. (Buku asli diterbitkan pada tahun 1988).
Griffin, R.W. & Moorhead, G. (1996). Organizational Behavior. Boston: Houghton Miffin Company.
Hani Handoko, T,. (1986). Manajemen. (edisi kedua). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hariati Sukirman, et. al., (2003). Administrasi dan supervisi pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY
Husaini Usman. (2006). Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta:  PT Bumi Aksara.
Hutabarat, J.M. (1984). Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Lunenburg, Fred C,. & Ornstein, Allan C,. (2000). Educational administration concepts and practices. (3rd.ed.) Belmont: Wadsworth Thomsong Learning.
Nanang Fattah. (1996). Landasan manajemen pendidikan. Cet. VII. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rue, L.W. & Byars, L.L. (2000). Manegement: Skills and application. (8th ed.). Boston: The Irwin McGraw-Hill Companies.Inc.
Sadler, Philip. (1997). Leadership. (The fast-track MBA series). London: Kogan Page Limited  
Stoner, J.A.F & Freeman, R.E. (2000). Management. New Jersey: Prentice-Hall International Editions.
Stoner, James A.F,. (1996). Manajemen. (edisi revisi) (Terjemahan Alfonsus Sirait)  New York: Prentice-Hall International Inc (Buku asli diterbitkan tahun 1982).
Suharsimi Arikunto. (1993). Organisasi dan Administrasi Pendidikan; Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudduha, St,. (2004). Manajemen pesantren: teori dan praktek. cet. I. Yogyakarta: Grha Guru.
Terry, G.R., (1977). Principles of management. (7th ed.). Homewood: Richard D Irwin


[1] Makalah ini disampaikan dalam acara Sekolah Organisasi oleh BEM STIKA Guluk-Guluk Sumenep, pada hari Kamis, 10 Desember 2009. Makalah ini merupakan modifikasi dari berbagai makalah seminar dan pelatihan serta materi kuliah tentang Manajemen Organisasi di berbagai Perguruan Tinggi di Madura yang pernah penulis sampaikan dalam berbagai forum tersebut.

[2] Pemakalah adalah Dosen Tetap Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah INSTIKA Guluk-Guluk Sumenep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMBANGUN CORPORATE CULTURE

MEMBANGUN CORPORATE CULTURE DALAM DUNIA PENDIDIKAN ISLAM Oleh Fathor Rachman Corporate culture (budaya kerja korpora...